Senin, 20 Oktober 2008

“Aku Raja Sastra” “YIN”

Berapa banyak kata yang kamu ucapkan dalam satu hari? Aku yakin lebih dari satu juta. Benarkah? Ya.. itu benar, kalau yang dimaksut adalah kata yang diucapkan bukan cuma lewat mulut saja. Setiap milimeter gerak tubuhmu pun ikut dihitung juga, karena dia juga mewakili kata yang ingin kau sampaikan kepada orang lain. Contoh mudah, ketika kau melangkahkan kakimu setapak demi setapak, kamu tidak perlu berkoar-koar kepada orang disekitarmu “aku sedang berjalan” Karena mereka sudah tahu itu. Ya.. itu lah kata.

Sebenarnya kamu tidur pun sudah membuat tiga kata “aku sedang tidur” itu lah penangkapan orang lain. Lalu, bagaimana mungkin kamu bisa memfatwa seseorang dengan kata “sombong” hanya karena dia tidak menjawab sapaanmu dengan suara dari mulutnya atau lambaian tangannya? Sadarkah kau, dalam diamnya dia berusaha untuk berkata “aku tidak mendengarmu” “aku sedang marah sama kamu” “aku sedang malas ngomong” “aku tidak suka denganmu”. Betapa tumpulnya kepekaanmu kawan, hingga dengan mudah mengeluarkan fatwa “S-O-M-B-UUU-O-NN-G” lihat, ejaanmu saja belum benar. Aku berani taruhan nyawa denganmu kalau kau pasti lebih sering merangkai kata-kata dihati dari pada bersuara. Ternyata kau layak disebut Pengecut. Ternyata kamu adalah orang yang paling “cerewet”. Karena bagiku setiap kata yang kau gumamkan dalam batin juga ikut dihitung. Sekarang percayalah padaku jutaan kata telah kau ucapkan setiap harinya, anehnya kau tidak akan lelah untuk berucap dan berucap lagi.

Aku tidak pernah setuju dengan teori dimana komunikasi itu secara garis besar hanya terdapat dua jenis, yaitu komunikasi verbal (lebih tepatnya harus bersuara) dan non verbal (yang ini bisa membuat kita sehat karena harus berolah raga untuk melakukannya). Lebih setuju aku kalau komunikasi itu dibelah menjadi 3 sama besar. Belahan pertama adalah komunikasi verbal (dapat didengar, tidak dapat dilihat, dan dapat dirasa), komunikasi non verbal (tidak dapat didengar, dapat dilihat, dapat dirasa), komunikasi batin (dapat didengar, dapat dilihat, dapat dirasa) yang satu ini adalah terobosan baru yang barusan dipikirkan oleh Pramoedia Taufik Gazhali, ya.. inilah saatnya aku memperoleh nobel, aku akan mendobrak teori yang ada. Aku akan menggemparkan dunia.

Setiap manusia mempunyai dua sisi, dalam filisofi antah berantah disebut yin dan yang. Kamu akan disebut gila apabila kelebihan yin, karena kamu akan bermain dengan dunia yang diciptakan oleh anganmu sendiri, sering disebut dunia khayalan, tidak perduli dengan psikologi kepribadian dimana kamu mengotakkan seseorang melalui body nya lalu disangkutkan dengan sifatnya, karena kekasihku yang paling seksi didunia adalah sosok yang paling menyebalkan dan ibuku cewek seksi no.1 sedunia adalah sosok yang paling menyejukkan. Kamu juga akan kurus kering dan menderita saat kamu terlalu banyak berhubungan dan bersimpati dengan orang lain, aku sebut ini dengan kelebihan yang. Semua harus diseimbangkan, harmoni, selaras, seperti sebuah irama “ketukan drum ¾, gitar mendawai dengan lembutnya, dan hentakan bas sebagai ketukan dasarnya, lalu melodi mulai mendesak dengan raungan distorsi bernada tinggi, vocal masuk dengan serak dan drum mulai berubah ketukan ½, tempo dinaikkan dua kali lipat, lalu cowok-cowok anggun itu mulai hengkang dari depan panggung.” tetapi semua harus tetap berlanjut dari intro sampa outro. Komunikasi batin ini aku sebut komunikasi personal, tidakkah kamu sadar kadang kamu harus bertengkar keras dengan belenggu pikiranmu, dimana ideal belum tentu benar.

Tertidur

Elegy esok pagi menjadi khayalan sang mentari

Bayu meniup dahan dammar

Pelan perlahan lirih menghentakkan dedaunan

Kusam hitam kelam

Ranting kering bergesek nyarinng

Lalu menghempaskanku menuju suarga loka

Aku tidak suka dengan puisimu yang ini, puisi sampah yang tak lebih hanya deretan kata-kata yang jarang didengar oleh kupingku. Ya.. rangkaian kata-kata indah, tapi tanpa makna. Kau tahu kawan, hambar rasanya. Cobalah tengok yang satu ini

Sabar Seorang Pelacur

Mendung berujung murung

Takala tangisan itu mulai meraung

Air bah telah turun gunung

Mendung berujung murung

Panas terasa dingin

Takala anak itu mulai ingin

Sedekah sudah tak mungkin

Panas terasa dingin

Neraka nikmat surga

Takala mulut itu mulai menganga

Ah… hasrat menghianatinya

Neraka nikmat surga

Sabar seorang pelacur

Takala bencana itu mulai terlanjur

Biar hati, agama, vagina hancur

Sabar seorang pelacur

Telah kuciptakan masterpiece yang indahnya tiada dua didunia, melebihi indahnya suasana sore ditepi pantai dengan langit biru lalu kekuning lebih kebawah oranye turun sedikit kemerah-merahan dan sang surya mulai mengantuk, betapa narsisnya dia yang selalu berkaca kepada samudra. Lihat saja komposisi rima disetiap baitnya, indah bukan? Aku dapat bercerita disetiap kata mengenai pedihnya kehidupan. Terdapat irama didalamnya. Aku dapat mendengar, melihat, dan berkata apa yang kamu dengar, lihat dan ucapkan, tapi sanyangnya kamu bertingkah cacat.

Jadi, kalau kau katakan tulisanku ini meloncat-lontat biarlah. Karena aku adalah jeruk, jangan pernah menelanku bulat-bulat. Kupas dulu kulitku, lalu hilangkan serabut yang membalut dalamanku lalu kau akan mempeoleh kejutan didalamnya entah itu masam ataupun manis. Kadang aku menempuh jalan penuh bebatuan lalu naik turun gunung hanya untuk ketempatmu yang sebenarnya berjarak satu lemparan batu saja. Tetapi tak apa, karena aku ingin melihat pemandangan yang indah terlebih dahulu dan aku akan bercerita padamu mengenai indahnya. Aku juga bisa terbang dan menghilang, bersinku bahkan menggetarkan bumi. Bunga mawar yang mekar dihalaman rumahmu sangat indah tapi itu bukan aku. Bukan sekedar bunga yang indah tetapi tak semerbak. Indah semerbak harum dan mewangi, mungkin aku melati. Banyanganmu adalah tubuhku, tubuhmu adalah bayanganku, kakiku adalah matamu, pacarku adalah pacarku. Ya.. tak jelas, rumit, pusing, membingungkan. Tapi semua yang aku lakukan adalah tentang kamu.

Perkenalkan aku adalah raja sastra. Bila kau bertanya padaku apakah sastra itu? Aku telah menjawabnya dengan panjang lebar. sastra adalah aku. Aku yang bermain dengan perasaan, aku yang seorang pemikir, aku yang memperoleh nobel, aku yang penghayal, aku yang iri dengki, aku yang narsis. Sastra adalah kebebasan, kebebasan yang menyentuh perasaan, maka dari itu dia indah. Sastralah yang membuatku ingin mengetik “lsabjfirwuefrnsf17363//.;urduffffffhgjjaqwtyiookppmmnbvvcxzdw3568jbbmmcxzasddghgjhkjlklpoiuyyttreewq” untuk menggambarkannya. Tanpa disadari aku telah larut didalamnya hingga aku jadi seorang manusia hina yang merasa paling benar sedunia.

Masih igatkah kamu akan keseimbangan? Ternyata aku memiliki yin yang berlebih. Hingga akhirnya aku menempati rumah yang penuh dengan orang-orang jujur nian merdeka.

SELESAI

Harnono Taufik (lalu bagaimana aku dapat menghakimi suatu karya sastra??) Klaten, 04 Oktober 2008, 02:06 AM.

Tidak ada komentar: